Tumbuh Kembang dan Keterlambatannya

Oleh: dr. Benny Sugiarto, Sp.A

1. Definisi Tumbuh Kembang Anak

Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi sejak proses pembuahan (konsepsi) dan terus berlangsung sampai dewasa. Kualitas anak sangat ditentukan oleh keberlangsungan proses tumbuh-kembangnya sejak periode janin dalam kandungan dan periode awal kehidupannya selama masa kritis pada 2 tahun pertama. Tercapainya tumbuh kembang optimal tergantung pada potensi biologis, interaksi antara faktor genetik dan lingkungan (biologis, fisik dan psikososial).

Perkembangan adalah perubahan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif, yaitu dengan bertambahnya kemampuan (skill) struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Termasuk didalamnya perkembangan kognitif, bahasa, motorik, emosi dan perkembangan perilaku.

2. Pemantauan Tumbuh Kembang

Proses tumbuh kembang anak selama masa kritis 2 tahun pertama kehidupannya harus terpantau dan tercatat dengan baik, yang bertujuan menemukan adanya gangguan tumbuh kembang secara dini sehingga dapat dilakukan penanganan sedini mungkin sebelum anak melewati masa kritisnya. Pemantauan dilakukan untuk semua anak tanpa kecuali baik anak yang terlahir dengan risiko rendah maupun risiko tinggi. Aspek-aspek tumbuh kembang yang perlu dipantau meliputi aspek perkembangan motorik, kognitif, bahasa, personal-sosial. Bila dari hasil pemantauan terdapat kecurigaan, maka harus dilakukan assessment lebih lanjut untuk penegakkan diagnosis, tatalaksana, atau rujukan.

Pemantauan pertumbuhan fisik perlu dilakukan untuk menentukan apakah pertumbuhan fisik anak berjalan normal atau tidak, serta digunakan parameter-parameter antropometrik seperti berat badan, tinggi badan, indeks masa tubuh dan lingkar kepala.

Pemantuan tumbuh kembang di rumah dapat dilakukan dengan berdasarkan pada buku Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita (DDTK) dan Kartu Menuju Sehat (KMS). DDTK dan KMS ditujukan untuk orang tua, pengasuh, dan tenaga/kader kesehatan. Selain itu DDTK dan KMS dapat digunakan juga sebagai panduan dalam melatih atau memberikan stimulasi pada anak.

3. Optimalisasi Tumbuh Kembang Anak

Upaya meningkatkan kualitas tumbuh kembang harus dimulai sejak sebelum anak lahir yang meliputi faktor pranatal (kesehatan ibu, gizi maternal), pertumbuhan bayi dalam kandungan, proses persalinan sehat (perinatal) dan hingga anak tumbuh remaja-dewasa (pascanatal).

Untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak, kebutuhan dasar anak pada umumnya harus dipenuhi. Kebutuhan dasar anak tersebut digolongkan menjadi tiga yaitu Asuh, Asih, dan Asah

  • Kebutuhan fisik-biomedis (ASUH) yang meliputi; memberikan makanan bergizi dan perawatan Kesehatan (imunisasi, pemberian ASI, pengobatan saat sakit), tempat tinggal layak, kebersihan/sanitasi, kebugaran jasmani, dan lain-lain
  • Kebutuhan emosi/kasih saying (ASIH) dengan memberikan lingkungan emosional yang positif (cinta, kasih saying dan kehangatan), menjalin rasa aman serta kontak fisik dan psikis.
  • Kebutuhan stimulasi mental (ASAH). Stimulasi mental merupakan cikal bakal proses pembelajaran anak melalui aktivitas bermain, pendidikan dan pelatihan. ASAH dapat merangsang perkembangan psikososial, keterampilan, kemandirian, kreativitas, produktivitas dan sebagainya.

4. Keterlambatan Tumbuh Kembang

Orang tua sering tidak menyadari ketika anaknya mengalami keterlambatan perkembangan. Perkembangan setiap anak memiliki keunikan tersendiri dan kecepatan pencapaian perkembangan tiap anak berbeda dengan rentang waktu pencapaian yang bervariasi. Untuk itu, orang tua perlu mengenal tanda bahaya (red flag) perkembangan anak.

Keterlambatan tumbuh kembang adalah ketinggalan yang bermakna dari sekuensi perkembangan yang dapat terjadi lebih dari satu aspek perkembangan. Secara garis besar, aspek perkembangan anak terdiri atas motor kasar, motor halus, bahasa / bicara, dan personal sosial / kemandirian. Sekitar 5 hingga 10% anak diperkirakan mengalami keterlambatan perkembangan. Data angka kejadian keterlambatan perkembangan umum belum diketahui dengan pasti, namun diperkirakan sekitar 1-3% anak di bawah usia 5 tahun mengalami keterlambatan perkembangan umum.

Penyebab keterlambatan perkembangan umum antara lain gangguan genetik atau kromosom seperti sindrom Down; gangguan atau infeksi susunan saraf seperti palsi serebral atau CP, spina bifida, sindrom Rubella; riwayat bayi risiko tinggi seperti bayi prematur atau kurang bulan, bayi berat lahir rendah, bayi yang mengalami sakit berat pada awal kehidupan sehingga memerlukan perawatan intensif dan lainnya.

Berikut adalah beberapa tanda bahaya (red flags) perkembangan anak pada setiap aspek yang sederhana dan perlu diketahui orang tua:

  1. Tanda bahaya perkembangan motor kasar dan motorik halus
  • Gerakan yang asimetris atau tidak seimbang antara anggota tubuh bagian kiri dan kanan.
  • Menetapnya refleks primitif (refleks yang muncul saat bayi) hingga lebih dari usia 6 bulan
  • Hiper / hipotonia atau gangguan tonus otot
  • Bayi masih menggenggam setelah usia 4 bulan
  • Adanya dominasi satu tangan (handedness) sebelum usia 1 tahun
  1. Tanda bahaya bicara dan bahasa (ekspresif-reseptif)
  • Kurangnya kemampuan menunjuk untuk memperlihatkan ketertarikan terhadap suatu benda pada usia 20 bulan
  • Ketidakmampuan membuat frase yang bermakna setelah 24 bulan
  • Perhatian atau respons yang tidak konsisten terhadap suara atau bunyi, misalnya saat dipanggil tidak selalu memberi respons
  • Kurangnya kemampuan berbagi perhatian atau ketertarikan dengan orang lain
  • pada usia 20 bulan
  1. Tanda bahaya gangguan sosio-emosional
  • 6 bulan: jarang senyum atau ekspresi kesenangan lain
  • 9 bulan: kurang bersuara dan menunjukkan ekspresi wajah
  • 12 bulan: tidak merespon panggilan namanya
  • 18 bulan: tidak bisa bermain pura-pura
  • Segala usia: tidak adanya babbling, bicara dan kemampuan bersosialisasi / interaksi

Untuk mengetahui apakah seorang anak mengalami keterlambatan perkembangan umum, perlu data / laporan atau keluhan orang tua dan pemeriksaan deteksi dini atau skrining perkembangan pada anak. Pemeriksaan skrining perkembangan penting dilakukan dan harus dilakukan dengan menggunakan alat skrining perkembangan yang benar. Dengan mengetahui secara dini, maka dapat dicari penyebab keterlambatannya dan segera dilakukan intervensi yang tepat.